Selasa, 07 Januari 2014


Ketika menelusuri sebuah jalan di kota Bashrah, Al Atabi melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang bersendau gurau dengan seorang lelaki tua buruk rupa. Setiap kali wanita itu berbisik, laki-laki tersebut pun tertawa.

Al Atabi yang penasaran kemudian memberanikan diri bertanya kepada wanita itu. “Siapa laki-laki tersebut?”
“Dia suamiku”

“Kamu ini cantik dan menawan, bagaimana kamu dapat bersabar dengan suami yang jelek seperti itu? Sungguh, ini adalah sesuatu yang mengherankan” Al Atabi meneruskan pertanyannya.
“Barangkali karena mendapatkan wanita sepertiku, maka ia bersyukur. Dan aku mendapatkan suami seperti dirinya, maka aku bersabar. Bukankah orang yang sabar dan syukur adalah termasuk penghuni surga? Tidak pantaskah aku bersyukur kepada Allah atas karunia ini?”

Al Atabi kemudian meninggalkan wanita itu disertai kekaguman. Ulama Al Azhar, Dr Mustafa Murad, juga kagum dengan wanita itu sehingga memasukkan kisah ini dalam bukunya Qashashush Shaalihiin. Kedua ulama tersebut tidaklah kagum kepada wanita itu karena kecantikannya. Mereka kagum karena agamanya. 

Dan benarlah pesan Rasulullah: “Wanita itu dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wanita yang baik agamanya, ketika ia kaya, ia tidak sombong. Ia justru dermawan, suka berinfaq dan mendukung perjuangan dakwah suami dengan hartanya.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia memiliki kedudukan tinggi dan nasab yang mulia, ia tidak menghina orang lain. Ia justru menjadi wanita yang mulia dan menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia cantik, ia tidak membuat suaminya resah. Ia justru menjadi penghibur hati dan penyejuk mata bagi suaminya tercinta. Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]

Rabu, 27 November 2013

Selamat ulang tahun Rafiqa Dewi. Harapanku engkau makin kuat, makin bijaksana, dan semakin hanif.
Allah, Rasul, orang tua, naqib, "keluarga" dan teman-teman mu menyayangi mu. Sebab itu engkau harus tetap hidup dan berbakti.

Semoga Allah ridho atas diri mu. :)

Salam dari
Yang slalu menemanimu. Hati.

Jumat, 05 April 2013

C i n t a

Cinta yang sebenarnya bukan dipersembahkan dengan kata-kata manis, namun seperti yang dilakukan Nabi Ismail as, beliau tidak perlu berfikir ketika dipinta untuk disembelih ayahnya. Jadi,

Pemahaman menyeluruh, itulah cinta.
Kepercayaan total, itulah cinta.
Sikap tulus spontan, harus spontan....itulah cinta.
 Jika tidak spontan berarti ragu atau tidak percaya, jika tidak percaya berarti belum memahami.


Jadi, mungkin tak akan pernah ada manusia memiliki cinta itu. Kecuali dia yang dikaruniai oleh Yang Maha Pencinta.